Saturday , 20 April 2024

NEXT….

Written by: Reza Aswin, Jakarta 4 Juli 2011

Dengan berlalunya tema krisis hutang Yunani, para pelaku pasar pun untuk sementara dapat mengalihkan perhatiannya pada faktor lain seperti faktor perbedaan tingkat suku bunga antar negara. Menjelang agenda rapat kebijakan moneter Bank Sentral Eropa, ECB, euro pun akhirnya mendapatkan kembali dukungan yang sempat hilang karena krisis hutang Yunani. Di European Parliament’s Economic and Monetary Affairs Committee di Brussels, Jean-Claude Trichet pada hari Kamis menyangkal spekulasi bahwa European Central Bank mungkin menunda menaikkan tingkat suku bunga karena keadaan Yunani dan ancaman penyakit menular, mengatakan bank berada dalam mode “kewaspadaan kuat.” “Kebijakan moneter saat ini akomodatif dan … seperti yang saya katakan kita berada dalam kondisi kewaspadaan yang kuat ( strong vigilance )” kata Trichet. Pada rapat tanggal 7 Juli mendatang, Suku bungan Euro rencananya akan naik dari 1,25 persen menjadi 1,50 persen.
Rencana kenaikan suku bunga ECB akan kian melebarkan jurang perbedaan suku bunga antara Zona Euro dan AS. Bank Sentral AS, Federal Reserve, diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di level ekstra rendah untuk jangka waktu yang lebih lama seiring indikasi melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan ECB menaikan suku bunga tentunya akan menambah beban Negara uni eropa dalam membayar hutang yang ada. Para pelaku pasar sebenarnya hanya memanfaatkan momentum jangka pendek saja guna memperoleh keuntungan sesaat, karena setelah suku bunga ECB dinaikan dan tidak bersifat kontinyu untuk kedepannya maka pasar akan kembali menghempaskan Euro mengingat perekonomian Eropa secara umum tidak begitu baik untuk jangka waktu pendek menengah.

Baca Juga :   Jerome Powell Akan Memberikan Kesaksian

Kebijakan moneter The Fed tidak kalah buruknya, mengingat Ben Bernnanke dalam konfrensi press nya merilis bahwa Bank Sentral Amerika Serikat tidak akan menaikkan suku bunga sampai 2 atau 3 kali putaran meeting FOMC mendatang, sehingga kecil kemungkinan bahwa The Fed akan merubah kebijakan tersebut dalam waktu dekat. Perlu diingat bahwa Penguatan Dollar US tidak selalu dipicu oleh kenaikan suku bunga (memang suku bunga merupakan factor utama dalam penguatan mata uang), Faktor factor lain dapat menjadi stimulant penguatan Us $ seperti: Penurunan harga komoditas ,Major currency melemah, Pertumbuhan Perekonomian Dunia, Risk Appetite dll . Beberapa factor lain dapat melemahkan dan menguatkan mata uang di dalam suatu system keuangan dunia dan tentunya ini sangat terkait dengan Supply and Demand.

Beberapa analis mengangkat kembali issue QE 3 dimana didasari oleh program pembelian $ 600 miliar, yang dikenal sebagai QE2, berakhir, Fed mengatakan 22 Juni bahwa mereka akan terus membeli obligasi dengan pendapatan dari hutang jatuh tempo yang dimiliki saat ini. Itu bisa berarti pembelian sebanyak $ 300 miliar hutang pemerintah selama 12 bulan berikutnya tanpa menambahkan dana ke dalam sistem keuangan. Bank sentral, yang menyuntikkan $2.3 triliun ke dalam sistem keuangan setelah runtuhnya Lehman Brothers Holdings Inc pada September 2008, dan akan terus membeli obligasi untuk mempertahankan suku bunga pasar lemah karena ekonomi yang melambat.

Baca Juga :   Masalah Debt Ceiling Amerika Serikat Masih Belum Menemukan Solusi

Sebenarnya yang perlu di cermati adalah China dimana mata uang Negara tersebut makin menguat terhadap US $ dan tingkat inflasinya bertambah lama bertambah tinggi mengingat People Bank of China belum mengeluarkan Kebijakan Moneter tentang Kenaikan Suku Bunga. Inflasi bulan Juni di perkirakan menembus 6% : China’s consumer prices may rise 6.2% in June, due to rising pork prices, the state-run China Securities Journal reported Monday, without citing a source. The report said managing inflation expectations remains the priority of this round of macro controls, but inflation will gradually slow down in the second half.  CPI China bulan May meningkat menjadi 5,5% dari 5,3% dibulan April dan ini merupakan kenaikan tercepat selama tiga tahun terakhir. Kenaikan suku bunga di China dapat membuat harga komoditas dunia akan terpuruk kembali dan pasti ada penguatan di mata uang lainnya.

Data US dan China merupakan skenario besar berikutnya dalam menentukan arah pasar mengingat kepentingan kedua Negara diatas sangat berbeda walau dalam satu dunia.

Minggu ini akan diwarnai oleh Kebijakan Moneter tentang Suku Bunga dari Bank Sentral Australia, Inggris dan Eropa

 

To contact the editor responsible for this story:  Reza at PT. ABC Future Indonesia   rezafile@ymail.com

About Reza File

To contact the editor responsible for this story : Reza Aswin at PT. ABC Future Indonesia email : rz_aswin@yahoo.com

Check Also

Angka Inflasi Amerika Serikat Meningkat

Jakarta , 11 April 2024 By. Reza Aswin   Apa yang terjadi di pasar Angka …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp Hubungi Kami