A Round The Euro and Yen

Written By: Reza Aswin

EURO

Mata uang yang satu ini sangat rentan sekali terhadap berita yang berkembang di kawasan zona eropa. Masuknya berita + dapat membuat pair eurusd ini melesat naik seperti anak panah, tetapi jika berita – yang dihasilkan maka pelaku pasar langsung merespon dengan penurunan harga yang sangat signifikan. Setelah Yunani mendapat bailout ke dua dengan pengawalan ketat dari TROIKA maka kecemasan para investor beralih ke anggaran Spanyol dan seperti yang  diinginkan pasar bahwa pemerintah Spanyol mencoba menghemat lebih dari €27 milyar pada tahun 2012 melalui pemangkasan belanja dan menaikkan pendapatan. Tetapi kenaikan signifikan euro saat ini karena Ke-17 negara Euro telah sepakat untuk mengadopsi anggaran secara berimbang dalam upaya untuk meyakinkan pasar bahwa keuangan publik zona euro akan berkelanjutan. Mereka juga sepakat untuk mengenakan denda pada negara-negara yang menjalankan defisit anggaran yang berlebihan atau ketidakseimbangan yang besar dalam perekonomian mereka. Sebenarnya para pelaku pasar tidak mencemaskan tentang dana bailout, karena dana talangan eurozone cukup kuat yaitu € 500 milyar yang disepakati dalam dana bailout baru yang mulai berlaku pada bulan Juli 2012 dapat ditambahkan uang yang telah dipinjamkan ke negara yang terkena krisis, sekitar 60 miliar dana Uni Eropa. Total “sekitar 800 miliar euro ( lebih dari $ 1 triliun ) untuk melawan penyakit menular dan melindungi stabilitas di daratan eropa. Saat ini masalahnya bukan uang tetapi Resesi yang akan mendatangi dataran Eropa karena pertumbuhan ekonomi nya menurun.

Banyak orang bertanya jadi euro mau kemana? jika dilihat dari frame besarnya maka euro masih dalam fase konsolidasi 1.3619 – 1.2625, saat ini harga ada dilevel 1.3340 memang merupakan level yang sulit untuk melakukan open posisi. Walaupun Euro bukan untuk dibeli tetapi melakukan open Sell di level ini merupakan tindakan yang kurang bijaksana.

Baca Juga :   Bernanke: Stimulus Masih Belum Menjadi Pilihan

YEN

Jepang telah berada dalam spiral deflasi selama bertahun-tahun, dengan serangkaian langkah kebijakan moneter dan fiskal merupakan usaha jepang untuk membalikan trend yang ada. Produksi industri Jepang pada bulan Februari turun sebesar 1,2 persen dari bulan sebelumnya, meskipun ada ekspektasi pasar untuk kenaikan 1.3 persen dan Harga konsumen Inti Jepang naik tipis 0,1 persen pada bulan Februari dari bulan yang sama di tahun sebelumnya, menandai kenaikan pertama dalam lima bulan, kata pemerintah. Indeks harga inti Konsumen yang tidak termasuk makanan volatile, naik tipis pada harga listrik yang lebih tinggi dan transportasi terkait biaya. Dilain sisi Tingkat pengangguran Jepang turun menjadi 4,5 persen pada Februari, turun dari 4,6 persen pada bulan sebelumnya.

Banyak orang menginginkan bahwa yen akan naik seperti tiang listrik saat Bank of Japan menetapkan kebijakan moneter untuk membeli obligasi pemerintah serta perusahaan Jepang dengan dana yang disiapkan sekitar 10 Trilliun Yen. Market tetaplah market dimana para pembeli dan penjual bertemu dan banyak sekali kepentingan didalamnya yang dapat merubah arah market sewaktu waktu. Tetapi dalam kondisi normal dan tidak adanya keadaan abnormal (gempa bumi, tsunami dll) maka pair usdjpy masih mempunyai peluang yang lebih besar untuk naik dibandingkan dengan peluang turunnya.

Ketakutan banyak orang tentang menguatnya ( turun) mata uang ini memang cukup beralasan karena pair ini termasuk safe haven currency, dimana usdchf yang merupakan salah satu safe haven currency pada tahun 2011 sempat terapresiasi sebesar 24% dan membuat banyak pelaku pasar trauma dengan kejadian ini. Perlu digaris bawahi bahwa usdjpy bukan usdchf dan Boj bukanlah SNB serta Jepang hukanlah Swiss. Kedua nya jelas mempunyai karater yang berbeda.

Baca Juga :   Imbal hasil Treasury 10-tahun AS melonjak setelah pertumbuhan pekerjaan melampaui ekspektasi

Jika usdchf bukan usdjpy, mengapa usdjpy dalam 1 minggu kemarinmengalami penguatan yang signifikan? menguatan yen dari 84.14 ke 81.83 merupakan penguatan kurang dari 3 yen dan dikarenakan adanya Repatriasi Yen. Apresiasi Yen pada hari Rabu minggu lalu seiring para eksportir mulai kembali membeli mata uang Jepang guna menyesuaikan neraca mereka menjelang akhir tahun fiskal. Yen juga menuai Aksi beli Yen yang biasanya memang meningkat pada akhir tahun fiskal karena eksportir Jepang harus melaporkan neraca keuangan mereka dalam Yen. beberapa analis memperkirakan jika Dollar akan kembali mendominasi Yen pekan depan seiring meredanya dampak dari aktivitas yang hanya bersifat musiman ini. “Dalam jangka waktu 2 sampai 3 bulan, tren penguatan Dollar kemungkinan akan berlanjut hingga mencapai level 85 terhadap Yen,” kata Geoffrey Yu, analis mata uang UBS di London.

Dengan mengacu pada kedua pair diatas maka beberapa analis mengatakan bahwa para pelaku pasar banyak salah meng interpretasi kan Pernyataan Gubenur Bank Sentral Amerika beberapa waktu yang lalu dimana pasar membaca bahwa di mungkinkan QE 3 akan diluncurkan. Coba perhatikan kembali pernyataan Gubernur Bank Sentral Amerika Ben Bernanke yang membela kebijakan suku bunga sangat rendah. Mungkinkah The Fed luncurkan QE 3 disaat pertumbuhan ekonomi global mulai turun dan semua negara mulai meniru kebijakan moneter The Fed dengan meluncurkan stimulus QE dengan berbagai nama lain tentunya.

About Reza File

To contact the editor responsible for this story : Reza Aswin at PT. ABC Future Indonesia email : rz_aswin@yahoo.com

Check Also

Keputusan Fed Bersifat Dovish

Jakarta, 21 Maret 2024 By. Reza Aswin Apa yang terjadi di pasar Secara umum keputusan …

WhatsApp Hubungi Kami