Saturday , 20 April 2024

Deflasi Mengancam Perekonomian Dunia

Reza Aswin, 31 Januari 2016

 

Deflasi Mengancam Perekonomian Dunia

 

Terlihat secara transparan Deflasi mengancam perekonomian ditandai oleh kebijakan moneter Bank of Japan yang mengirimkan suku bunganya dibawah Nol. Ini berarti BoJ mengumumkan  bahwa mereka akan mengenakan biaya 10 basis poin pada setiap uang tunai yang tersisa di deposito dengan bank. Bank sentral Jepang ini bergabung dengan bank sentral lainnya di dunia yang telah terlebih dahulu mengumumkan suku bunga negatif, yaitu Denmark, Swiss dan Swedia.

Pemicu tarif negatif yang dilakukan oleh BoJ dan kawan kawan ini ditidak lain dan tidak bukan karena dampak negatif dari volatilitas di pasar keuangan, turunnya angka inflasi dan perlambatan di China. Secara detail tentunya bank bank sentral tersebut mulai mengakui bahwa deflasi sedang mengancam perekonomian negaranya dan tentunya dunia.

Dari 4 bank sentral dunia sebenarnya kita sudah dapat mengambil kesimpulan bahwa ini merupakan pengakuan mereka bahwa Deflasi mulai mengancam perekonomian secara global sehingga untuk kedepannya kita akan melihat sentimen pasar akan menjadi dovish secara keseluruhan. Kedepan tentunya ECB telah mencanangkan pertambahan QE dibulan maret 2016 dan, dan disisi lain BoE meralat kenaikan suku bunga untuk tahun ini dan akan menaikan suku bunga ditahun 2017. Dalam minggu ini RBA (2/2/2016) akan menetapkan kebijakan moneter, tentunya sentimen pemotongan suku bunga akan mewarnai kebijakan RBA.

Baca Juga :   Konflik Geopolitik

Dengan melihat fenomena diatas maka Bank sentral Amerika, The Fed, mulai ikut mempertimbangkan untuk menunda kenaikan suku bunga pada putaran berikutnya. Juni 2016 merupakan waktu yang diperkirakan oleh banyak analis. Dasar nya adalah The Fed mengatakan sedang mengamati dengan seksama ekonomi global dan pasar keuangan, sehingga pasar menafsirkan bahwa The Fed akan sangat berhati-hati dalam pengetatan selanjutnya. Desakan akan penundaan kenaikan suku bunga oleh The Fed memang tergambar dari kebijakan moneter SNB, BoJ dan tentunya kebijakan moneter ECB dimasa datang yang tidak menutup kemungkinan bank sentral eropa ini mengikuti jejak rekan rekannya untuk menjatuhkan suku bunga negatif.

Bagaimana dengan minggu depan yang diwarnai oleh Data PMI China dan Non Farm Payroll Amerika Serikat? Data PMI China akan terlihat baik mengingat pemerintah China berupaya semaksimal mungkin untuk memulihkan ekonomiannya. Sedangkan untuk Data NFP US akan lebih terlihat memburuk mengingat adanya kecurigaan pasar bahwa Federal Reserve berbagi keprihatinan dengan bank sentral utama lainnya.

Gold masih dalam range sideways yang akan sangat membosankan dimana dengan adanya RISK ON maka tekanan terhadap gold akan terjadi, dan yang akan menyebabkan kenaikan harga emas saat ini didominasi  oleh pelemahan US Dollar karena penundaan pengetatan lebih lanjut.

Baca Juga :   Jerman melakukan lockdown yang berlangsung hingga bulan Juni

To contact the author of this story, email rezafile1966@gmail.com

About Reza Aswin

Senior Fundamental Analyst. 20 tahun berkecimpung di dunia trading forex, komoditi, dan hingga kini aktif menjadi analis fundamental.

Check Also

Angka Inflasi Amerika Serikat Meningkat

Jakarta , 11 April 2024 By. Reza Aswin   Apa yang terjadi di pasar Angka …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp Hubungi Kami