Rio Wibawa
Jakarta, 20 Mei 2022, 11:10 WIB
Harga minyak mengalami rebound di perdagangan karena adanya rencana pelonggaran lockdown di Shanghai, Tiongkok. Pelonggaran ini diprediksi akan membawa banyak permintaan akan minyak setelah lama berada di dalam lockdown, terutama karena Tiongkok merupakan importir terbesar untuk minyak. Selain itu, adanya kemungkinan dilakukannya ban / embargo atas minyak Rusia oleh Uni Eropa mendukung kenaikan harga minyak walaupun hingga saat ini, Hungaria masih menentang perjanjian ini. Di tengah kenaikan harga minyak ini, pergerakannya masih sangat terbatas untuk ke atas karena tingginya inflasi dan banyak bank sentral yang ingin menaikkan suku bunga yang menambah tekanan pada komoditas. Hal ini tentu juga dapat membuat harga minyak naik dalam jangka pendek jika ban atas minyak Rusia berhasil disetujui, namun secara jangka panjang masih berada dalam tren turun. Ini akan berdampak pada mata uang CAD, dimana Kanada merupakan negara penghasil minyak terbesar dan pergerakan harga minyak akan berdampak besar pada pergerakan mata uang CAD.
Kesimpulan:
Harga minyak diprediksi dapat menguat dalam jangka pendek namun dalam jangka panjang, tekanan turun karena agresifnya bank-bank sentral untuk menaikkan suku bunga serta adanya tingkat inflasi yang tinggi secara global. Penurunan harga minyak akan berdampak pada mata uang CAD dimana CAD cenderung didukung oleh harga minyak.
Efek terhadap Pasar: Tren Bearish untuk CAD
Pasangan Pair untuk ditrade: NZD / CAD
Indikator Angka Ekonomi:
NZD = +1.10
CAD = +0.19
Timeframe: D1
Target Open Posisi
Support 1: 0.81461
Support 2: 0.81032
Support 3: 0.80547
Target Take Profit
Resistance 3: 0.83742
Resistance 2: 0.82887
Resistance 1: 0.82265
Sumber:
https://www.reuters.com/markets/europe/dollar-falls-first-week-seven-amid-us-yield-retreat-2022-05-20/