Thursday , 28 March 2024

Temukan Peluang Di Tengah Resesi

Marketplus.id – Berawal dari pandemic covid-19 di tahun 2020 membuat terjadinya penguncian diseluruh negara didunia.

Dampak dari penguncian yang terjadi tentunya adalah perlambatan ekonomi global yang tidak pernah terjadi sebelumnya didunia, dimana permintaan turun dan pertumbuhan ekonomi dibanyak negara maju berada didaerah negative termasuk Amerika Serikat.
Hal tersebut disampaikan  Reza Aswin, Senior Fundamental Analyst Didimax, di Jakarta , (27/10/2022).


Menurut Reza, untuk mengatasi hal tersebut maka bank sentral diseluruh dunia mulai melakukan intervensi besar besar dengan cara menurunkan suku bunga dan melakukan program stimulus ultra longgar, untuk memulihkan ekonomi di negaranya.

Keadaan ini tentunya mempunyai efek terhadap angka inflasi global ditambah lagi adanya perang di Eropa Timur yang melibatkan salah satu negara penghasil minyak dunia terbesar yaitu Rusia.
Gangguan rantai pasokan, harga minyak dunia yang tinggi serta banyaknya uang beredar menyebabkan ekonomi global mengalami tekanan angka inflasi yang berlebih atau hyper inflation.
Dalam teori ekonomi dimana saat angka inflasi meningkat maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat, tetapi saat ini yang terjadi adalah angka inflasi meningkat tetapi pertumbuhan ekonomi terlihat melambat atau yang dikenal dengan stagflasi.

Keberadaan ini tentunya membuat data ekonomi setiap negara maju termasuk Amerika Serikat mengalami pelemahan yang signifikan, dan indicator ekonomi mulai menunjukan akan terjadinya resesi dalam beberapa waktu kedepan.

Baca Juga :   Momentum atau Koreksi ?

Signal akan terjadinya resesi global terlihat dari adanya kurva imbal hasil terbalik atau inverted curve yields negara Amerika Serikat dimana imbal hasil obligasi jangka pendek Amerika Serikat lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan imbal hasil obligasi jangka panjangnya.

Walaupun tidak selalu kurva ini menunjukan terjadinya resesi tetapi banyak pengamat ekonomi mempercayai bahwa kurva imbal hasil terbalik obligasi Amerika Serikat ini akan membawa negara tersebut kedalam resesi setidaknya 14 – 17 bulan kedepan dari awal terjadinya inverted curve yields.
Setidaknya pertengahan sampai akhir tahun 2023 Amerika Serikat akan mengalami resesi atau perlambatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi negative setidaknya dalam 2 kuartal kedepan.
“Sedangkan untuk Indonesia sendiri sampai saat ini masih menunjukan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dimana GDP Indonesia masih berada pada area positif yaitu 3,72% dari – 0,95 pada kuartal kedua. Data pengangguran menurun dari 6,49% menjadi 5,83% pada bulan lalu serta cadangan devisa Indonesia naik dari $407 juta menjadi $3853 juta dan Penjualan Retail meningkat dari -3,1% menjadi 0,8%,” ungkap Reza.

Data-data ini menunjukan bahwa Indonesia sampai saat ini masih mampu bertahan dari keadaan ekonomi global yang mulai melemah.

Ia juga menambahkan, untuk kedepannya keadaan ini tentunya akan terpengaruh sangat signifikan apabila ditahun depan terjadi resesi global karena akan sangat mempengaruhi angka export dan import Indonesia, sehingga kebijakan moneter dan fiscal Indonesia kedepannya akan sangat menentukan apakah Indonesia akan terseret kedalam resesi atau justru menjadi negara paling aman bagi para investor didunia, karena pertumbuhan ekonomi yang sangat stabil.

Baca Juga :   Metode Trading Forex

Temukan peluang di tengah resesi
Meski perekonomian global dihantui resesi dan melonjaknya inflasi seiring dengan berlangsungnya perang Rusia dan Ukraina, Trading Forex online Didimax nyatanya masih menjadi pilihan terbaik untuk tetap cuan.

“Ada baiknya pilih aset trading yang bersifat safe haven seperti, logam mulia dan forex. Emas dan perak dikenal memiliki nilai yang lebih aman di tengah kondisi pasar global yang dinamis. Logam mulia dinilai sangat menguntungkan karena tahan terhadap inflasi, memiliki likuiditas tinggi, dan memiliki nilai yang universal. Sementara dolar AS masih menjadi patokan untuk mengukur valuasi di pasar finansial dan mata uang cadangan di banyak negara,” terang Reza.

Walaupun kondisi pasar di tengah ketidakpastian, penting bagi trader untuk memiliki portofolio trading yang terdiversifikasi agar meminimalisir risiko tak terduga. Di Didimax, terdapat berbagai pilihan aset safe haven yang dapat Anda perdagangkan. Sebagai pelopor perdagangan pasar berjangka di Indonesia, Didimax sudah terjamin legalitasnya di bawah pengawasan Bappebti dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Sumber : MarketPlus.ID

About Reza Aswin

Senior Fundamental Analyst. 20 tahun berkecimpung di dunia trading forex, komoditi, dan hingga kini aktif menjadi analis fundamental.

Check Also

AUDCAD Mencoba Koreksi Dalam Trend Bearish

Berkurangnya permintaan biji besi ketika China me-lockdown Hebei area pabrik Besi. Penguncian di Provinsi Hebei …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

WhatsApp Hubungi Kami